Sabtu, 10 April 2010

Upaya Memperoleh Ilmu yang Bermanfaat

Setiap muslim diwajibkan mencari ilmu agama dan pengetahuan agar ia dapat menjalankan serangkaian ibadahnya dengan benar dan tertib. Dengan mengharap ridho dari Allah swt, seorang tholibul ilmi (pencari ilmu), terus berusaha giat, gigih, sabar dalam upaya mendapat sebagian ilmu yang dibutuhkan untuk kemudian diamalkannya. Nabi Muhammad saw berpesan: “Jadilah kamu orang yang alim atau orang yang mengaji ilmu atau orang yang mendengarkan ilmu atau orang yang cinta ilmu, jangan menjadi nomor lima (tidak alim, tidak mengaji, tidak mendengarkan ilmu, tidak mencintai ilmu), maka kamu akan binasa”. Betapa pentingnya dan besar manfaatnya apabila seseorang mengerti, memahami dan mencintai ilmu, terutama ilmu-ilmu agama, seperti ushuluddin, fikih dan tasawuf.
Pada umumnya, sebagian murid tampak kesulitan untuk mendapatkan sejumlah ilmu pengetahuan, padahal mereka sudah berusaha keras untuk meraihnya. Kemungkinan besar karena adanya faktor-faktor penghambat, dari diri individu dan juga di luar dirinya. Fisik dan psikis yang kurang fit, misalnya, bisa menyebabkan konsentrasi belajar menjadi terganggu. Ditambah pula lingkungan sekitar yang tidak kondusif, biasanya, akan mengakibatkan anak-anak tidak fokus terhadap pelajaran yang disampaikan guru atau ustadz. Atau justru karena adanya pengaruh negatif dari keluarga si pelajar, boleh jadi menimbulkan ketidakjernihan pikiran para murid di madrasah, sekolah, atau lembaga pendidikan lainnya.
Dalam kitab Ta’lim Muta’alim disebutkan bahwa cara seorang santri tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu: cerdas, bersemangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk/bimbingan guru, dan waktu yang lama. Perkara-perkara itu hanya sebagian dari tahap untuk mendapatkan ilmu, dan tentu masih banyak hal-hal yang lain agar pengetahuan –dengan mudah–digapai para pelajar. Diceritakan bahwa Abu Hanifah pernah berkata: “Aku memperoleh ilmu karena aku selalu memuji dan bersyukur kepada Allah. Jika aku dapat mengerti suatu masalah, maka aku mengucapkan alhamdulillah. Oleh karena itulah ilmuku bertambah.”
Demikian juga apabila seorang muslim mendapat nikmat, karunia, anugerah, petunjuk, pertolongan dari Allah, maka dia seharusnya banyak mengucapkan syukur. Sebagaimana friman Allah:  “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7). Indera manusia, misalnya mata, mulut, tangan dan sebagainya, merupakan anggota tubuh yang vital untuk dipergunakan sebagai sarana beribadah, beramal soleh mengharapkan pahala dari Allah, serta agar semakin bertambah rasa syukur kepada-Nya. Dalam Al-Quran (Surat An Nahl: 78) ditegaskan: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Cerdas merupakan syarat memperoleh ilmu, berarti bahwa seorang santri atau murid seyogyanya menggunakan pikiran, akal dan segala kemampuan lain yang dimilikinya untuk berpikir, merenung, belajar, dan mengasah otaknya, ketika mendalami berbagai bidang ilmu, baik ilmu diniyyah maupun dunyawiyyah. Orang bijak berkata bahwa tidak ada istilah bodoh atau pandai dalam tahap pembelajaran, yang adalah malas atau rajin. Maksudnya, walaupun seorang murid dianggap pandai, menguasai di pelajaran matematika umpamanya, namun jika dia tidak rajin belajar atau tidak mengasah/melatih kecerdasannya, tentu dia pun mungkin saja menjadi lupa tentang materi yang telah dikuasainya. Dengan kata lain, seorang mukmin wajib berusaha memaksimalkan segala hal yang sesuai dengan kemampuannya, keahliannya, dan Allah-lah yang berhak mengabulkan atau menunda segala permohonan hamba-hamba-Nya. Allah telah memberi jaminan: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya” (QS. 75: 17). Dari itu, pelajar tidak perlu takut, keliru dan salah setiap kali mempelajari satu bab ilmu. Dengan niat ikhlas karena Allah, diiringi usaha yang serius, insya Allah ilmu dapat segera dipahami oleh para murid atau santri.
Di samping cerdas, bersemangat termasuk salah satu cara sang murid cepat memperoleh ilmu. Semangat yang kuat dan rajin serta aktif merupakan motivasi yang kuat dari dalam pribadi murid. Dengan adanya spirit yang tinggi, maka biasanya kendala, halangan apapun akan dihadapi dengan mudah, tabah, sehingga ketika ada problem, jalan keluarnya bisa segera ditemukan. Wujud dari motivasi ini misalnya, si murid harus selalu menyiapkan alat-alat yang dipakai saat belajar berlangsung seperti pena, buku, kitab dan lain-lain, serta selalu hadir dalam majils ilmu. Contohnya lagi, jika ada satu masalah berkaitan dengan bab-bab yang tidak dimengerti, murid yang aktif akan bertanya kepada sang guru, langsung atau tidak langsung.
Semangat pelajar, seharusnya terus menyala-nyala setiap saat seperti semangatnya para muslimin di zaman Nabi ketika menghadapi para musuh. Dalam hal ini, Al Quran menyebutkan: “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti QS. Al Anfaal: 65).
Bersabar dalam menuntut ilmu, adalah cara yang lumayan susah. Karena tidak setiap murid dapat bertahan terhadap kendala tertentu. Kendala ini bisa berbentuk berbagai macam, mulai urusan pribadi, keluarga, persahabatan, masyarakat bahkan tentang percintaan. Yang jelas, dengan rasa penuh sabar dan berpikir posisif dan yakin bahwa Allah akan memberikan pertolongan, maka segala masalah akan terpecahkan atas kehendak-Nya. Karena itu saling menasehati sangat dianjurkan agar mendapat kesabaran sehingga tidak menjadi orang yang merugi. Allah berfirman: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 2 dan 3).
Allah menyuruh kita senantiasa bersabar atas kehendak-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya: “Jika Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nnya) bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur (QS. Asy Syuura: 33). Selain bersikap sabar, di antara cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah
1) menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya
2) berusaha sungguh-sungguh
3) melandasi usahanya dengan niat ikhals karena Allah
4) berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongan-Nya.
Selian bersabar, cara lain yang menyebabkan ilmu dapat diperoleh adalah adanya bekal yang cukup. Orang awam beranggapan bahwa mencari ilmu itu mahal sehingga tak jarang mereka lebih mementingkan mencari harta daripada ilmu. Sebenarnya itu tidak dijualbelikan seperti hal yang barang. Namun, untuk mendapatkan bermacam-macam ilmu, memang harus mengeluarkan bekal yang cukup. Seperti biaya, pakaian, dan alat-alat penunjang belajar lainnya. Allah berfirman: “…Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal” (QS. 2: 197). Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji. Jadi, seperti ibadah haji, mencari ilmu pun harus memiliki bekal agar konsentrasi belajar diharapkan lebih efektif sehingga berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan serta ketrampilan yang dipelajari si murid, dapat dicapainya tanpa menemui halangan yang rumit.
Ketahuilah, sungguh sangat luas kalimat (ilmu) Allah, sehingga seseorang tidak akan mampu menguasai segala ilmu-Nya, melainkan hanya sedikit. Hal itu sesuai dengan firman Allah: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS Lukman: 27). Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: \”Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al Israa: 85). Karena banyaknya ilmu, maka perlu waktu yang panjang dan proses yang lama, bahkan sepanjang hayat untuk mendalami satu atau beberapa bidang ilmu tentang dunia dan akhirat.
Di samping bersabar dalam mencari ilmu, si murid juga sepatutnya menghormati guru karena ilmunya. Mari lihat kisah yang mengandung hikmah yang baik. Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari cerita-cerita dalam surat al–Kahfi ini antara lain tentang kesungguhan seseorang dalam mencari guru (ilmu), adab sopan-santun antara murid dengan guru; seperti kisah nabi Musa as dengan Khidzir as. “Dia berkata: \”Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu\” (QS. 18: 70). “Khidhr berkata: \”Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?\” (QS.18: 75). Seorang murid hendaknya menghormati guru, dengan cara mendengarkan penjelasannya, dan juga bersabar atas materi yang belum dimengerti murid sampai sampai sang guru menerangkan satu atau beberapa ilmu. Ustadz (guru) yang alim seyogyanya dimuliakan oleh para santrinya. Hal ini bukan berarti bahwa sang guru senang dihormati atau sanjung, akan tetapi lebih pada menghormati ilmu-ilmu yang dikuasainya.
Umumnya, para murid, santri, pelajar, atau anak didik, menganggap bahwa untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan dapat didapatkan dengan waktu singkat, padat dan instant serta mudah nyatol di kepala. Tak sedikit pencari ilmu mogok di tengah jalan (drop out, keluar), karena mereka tidak betah, bosan, belajar di lembaga pendidikan seperti sekolah, madrasah, dan pesantren sehingga mereka belum mendapatkan ilmu yang dipelajarinya. Sungguh disayangkan apabila penyakit malas telah mengidap di dada para pelajar muda/remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka akan sadar dan menyesal apabila kelak pengetahuan yang dimiliki terasa miskin, sedikit. Tetapi kesempatan untuk mengejar pelajaran makin sempit.
Menuntut ilmu yang cukup lama, tidak berarti seseorang yang siang malam belajar melulu, namun, dia seharusnya bertahap, sedikit demi sedikit, dari yang pelajaran mudah ke tingkat yang lebih tinggi atau sulit, yang penting istiqomah, terus menerus, konsisten. Nabi saw bersabda: “Amal yang paling disukai Allah adalah amal yang dilakukan secara terus menerus sekalipun sedikit”. Jadi, menggali ilmu secara kontinu meski sedikit, dan didasari dengan ikhlas, maka diharapkan seorang pelajar dapat memperoleh ilmu yang manfaat dan berkah.  Dan semoga Allah memberikan hidayah, pertolongan dan balasan yang baik kepada setiap insan yang berbuat kebaikan. Mari renungkan firman Allah ini: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya…(QS. Huud: 3). Akhirnya, kepada-Nya kita bertawakkal, berserah diri setelah kita berusaha dengan sebaik-baiknya. Dan kita memohon agar Allah senantiasa menganugerahi kepada ilmu-ilmu cukup, bermanfaat dan berkah. Amin. Waallahu a’lam@

http://tanbihun.com/pendidikan/upaya-memperoleh-ilmu-yang-bermanfaat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar